Menjelang akhir tahun
2018 Indonesia diterpa berbagai bencana alam, seperti gempa bumi di
Lombok, Nusa Tenggara Barat, gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah dan
erupsi Gunung Anak Krakatau yang memicu tsunami di Selat Sunda.
Berbagai bencana yang bermunculan membuat masyarakat sedikit khawatir saat akan bepergian ke pantai ataupun keluar kota.
Kecemasan semakin membesar tatkala muncul ulah orang-orang yang membuat berita bohong terkait ancaman tsunami pada malam tahun baru 2019.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau kepada masyarakat agar tidak mudah mempercayai berita yang bereda di media sosial. Hingga saat ini belum ada satupun alat yang mampu memprediksi waktu terjadinya tsunami.
"Sejauh ini belum ada teknologi ataupun ahli yang dapat memprediksi kapan tepatnya (dilengkapi jam dan tanggal pasti) sebuah gempa akan terjadi," tulis akun Instagram BMKG, jumat 28 Desember 2018.
BMKG menyarankan masyarakat agar tetap waspada dan tenang jika nantinya terjadi suatu bencana.
"Lebih baik tetap waspada, berdoa yang baik, dan terus pantau informasi dari pihak terkait/ instansi resmi pemerintah. Semoga sudah bisa menjawab pertanyaan warganet yang banyak bertebaran dikolom komentar," ucap pengelola akun BMKG tersebut.
" Kami mendapat informasi sudah ada peringatan dini terkait tsunami, sehingga sudah bergerak menghindari wilayah pantai," kata warga Kecamatan Sario, Manado, Priscilia.
Petugas keamanan di kawasan Megamas, Manado, Steven mengatakan pusat perbelanjaan di kawasan itu tutup.
" Kami terpaksa menutup kawasan ini, mulai dari belakang Multimart hingga Mc Donald. Karena air laut naik hingga ke ruas jalan dan membuat khawatir warga pengunjung," ujar Steven.
Tetapi, kabar terjadinya tsunami tersebut dibantah Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas II Maritim Bitung, Ricky Daniel Aror. Dia mengatakan yang disampaikan instansinya yaitu bahaya gelombang tinggi, bukan peringatan dini tsunami.
" Warga salah mengartikan rilis yang kami kirimkan. Bukan tsunami, tetapi potensi gelombang tinggi di perairan Sulawesi Utara," ujar Ricky, dikutip dari Liputan6.com, Jumat, 28 Desember 2018.
Berbagai bencana yang bermunculan membuat masyarakat sedikit khawatir saat akan bepergian ke pantai ataupun keluar kota.
Kecemasan semakin membesar tatkala muncul ulah orang-orang yang membuat berita bohong terkait ancaman tsunami pada malam tahun baru 2019.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau kepada masyarakat agar tidak mudah mempercayai berita yang bereda di media sosial. Hingga saat ini belum ada satupun alat yang mampu memprediksi waktu terjadinya tsunami.
"Sejauh ini belum ada teknologi ataupun ahli yang dapat memprediksi kapan tepatnya (dilengkapi jam dan tanggal pasti) sebuah gempa akan terjadi," tulis akun Instagram BMKG, jumat 28 Desember 2018.
BMKG menyarankan masyarakat agar tetap waspada dan tenang jika nantinya terjadi suatu bencana.
"Lebih baik tetap waspada, berdoa yang baik, dan terus pantau informasi dari pihak terkait/ instansi resmi pemerintah. Semoga sudah bisa menjawab pertanyaan warganet yang banyak bertebaran dikolom komentar," ucap pengelola akun BMKG tersebut.
Kepanikan Warga Manado Mengira Gelombang Tinggi Sebagai Tsunami
Warga Kota Manado merasakan kepanikan pada Kamis malam, 27 Desember 2018. Warga terkejut setelah beredar informasi di media sosial mengenai terjadinya tsunami." Kami mendapat informasi sudah ada peringatan dini terkait tsunami, sehingga sudah bergerak menghindari wilayah pantai," kata warga Kecamatan Sario, Manado, Priscilia.
Petugas keamanan di kawasan Megamas, Manado, Steven mengatakan pusat perbelanjaan di kawasan itu tutup.
" Kami terpaksa menutup kawasan ini, mulai dari belakang Multimart hingga Mc Donald. Karena air laut naik hingga ke ruas jalan dan membuat khawatir warga pengunjung," ujar Steven.
Tetapi, kabar terjadinya tsunami tersebut dibantah Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas II Maritim Bitung, Ricky Daniel Aror. Dia mengatakan yang disampaikan instansinya yaitu bahaya gelombang tinggi, bukan peringatan dini tsunami.
" Warga salah mengartikan rilis yang kami kirimkan. Bukan tsunami, tetapi potensi gelombang tinggi di perairan Sulawesi Utara," ujar Ricky, dikutip dari Liputan6.com, Jumat, 28 Desember 2018.
0 Comments